top of page
ghinakhalidiyah

Tips Bisnis Di Masa Corona ala Tanadi Santoso

“Belajarlah dari yang terbaik, lalu action!”

Pesan Coach Budi Utoyo sungguh relevan di masa pandemi corona virus ini. Banyak usaha menghadapi tantangan untuk berinovasi demi menyelamatkan cash flow dan penjualan yang hancur akibat perubahan perilaku konsumen. Di masa gelap dan tanpa kepastian ini, mayoritas konsumen menghemat uang untuk mengantisipasi apapun yang akan terjadi pada ekonomi Indonesia pada 1-2 tahun mendatang.

Pada hari ini, beberapa orang tim kami mengikuti seminar Innovate or Die oleh Tanadi Santoso yang diselenggarakan via ZOOM. Tanadi Santoso adalah pengusaha sejak 30 tahun terakhir di bidang edukasi, training, motivasi, properti, dan lainnya. Beliau mengenyam pendidikan S1 di Taiwan dan MBA di Amerika Serikat. Tanadi Santoso adalah salah satu dari sekian banyak mentor dan guru yang dihormati oleh coach Budi Utoyo. Karena alasan itulah kami ingin berbagi materi seminar dan pembelajaran yang telah kami dapatkan hari ini.


Kesimpulan dan Materi Seminar ZOOM “Innovate or Die” oleh Tanadi Santoso



Pemimpin yang baik mengambil keputusan untuk berinovasi dan SEGERA take action

Tanadi Santoso memberikan banyak sekali contoh inovasi di era covid untuk membuktikan maksudnya. Pengusaha di dunia bereaksi dengan cepat akan perubahan situasi pasar. Merubah bisnis model, memproduksi dan menjual produk baru, beradaptasi untuk mengoptimalisasi asset adalah hal-hal yang vital untuk menyelamatkan perusahaan. Berikut contoh-contoh perusahaan di dunia yang sudah berinovasi menghadapi corona:

BYD Auto, perusahaan aki mobil terbaik di dunia, mengeksekusi perubahan penggunaan 11 pabrik mobilnya menjadi pabrik masker dalam 1 minggu.

Peacebird, perusahaan retail baju di China, sebelum lockdown terjadi langsung menggeser fokus bisnisnya menjadi jualan online.

Huanxi Media App dan ByteDance App adalah perusahaan pembuat film. Akibat corona, bioskop banyak yang tutup sehingga ia tidak bisa release film di bioskop. Perusahaan tersebut menggandeng TikTok untuk meluncurkan film dan konten, mendapatkan uang dari menyisipkan iklan di sela-sela film, semua dilakukan untuk menyelamatkan cash flow perusahaan.

Four Pillar, perusahaan penjual alkohol gin berhenti memproduksi gin dan malah jualan hand sanitizer.

Virgin Orbit, perusahaan pembuat roket luar angkasa, merubah pabrik pesawat menjadi pabrik pembuat ventilator.

Gucci menjual masker stylish yang digunakan oleh artis muda Billie Eilish di saat acara Grammys. Fendi dan banyak perusahaan fashion high-end juga melakukan inovasi produk yang mirip.

Panasonic menjual produk dengan teknologi nano X yang mampu mengurangi bahkan membunuh virus.

Nippon Paint memproduksi cat dinding penangkal virus.

Perusahaan-perusahaan di dunia tidak diam saja dengan situasi yang ada. Mereka sekarang bergerak layaknya seorang pengusaha; inovasi, evaluasi, inovasi, evaluasi. Inovasi apa yang sudah anda lakukan dengan bisnis anda?

5 Hambatan Berinovasi

Cognitive – “Saya nggak ngerti ZOOM”, “Saya gaptek nggak tau cara pakai Facebook dan social media”, “Saya nggak bisa bikin hand sanitizer.” intinya anda kurang paham untuk melakukan inovasi entah itu inovasi digital maupun peralatan medis.

Resource – anda tidak punya sumber daya, baik itu dalam bentuk uang, karyawan yang pintar tentang digital marketing, kamera, peralatan syuting, dsb.

Motivasi – anda tidak termotivasi untuk melakukan inovasi. Misalnya dosen yang tahun depan pensiun tidak termotivasi untuk belajar ZOOM. Toh sudah hampir pensiun, ngapain capek-capek belajar online classroom? Ini tugas seorang pengusaha untuk bisa memberikan arti dan motivasi supaya karyawannya berinovasi.

Environment – sekarang ini lingkungan sangat tidak mendukung, kita nggak boleh keluar, nggak boleh berkumpul, semua dibatas-batasi.

Political – sikut-sikutan dengan kompetitor bahkan dengan orang di perusahaan yang sama


Bagaimana Cara Pemimpin Membuat Keputusan Tentang Inovasi?

Pengusaha harus memiliki informasi yang cukup untuk membuat keputusan mengenai inovasi. Pilih orang-orang kepercayaan anda yang memiliki pengetahuan di bidang digital dan berdiskusilah. Tapi keputusan tetap ada di tangan pemimpin perusahaan. Begitu pula dengan tanggung jawabnya.


Tanadi Santoso percaya dengan sistem, "Coba saja semuanya, kita lihat mana yang paling efektif." Beliau lebih mengedepankan eksperimen, mencoba berbagai strategi, lalu ketika menemukan satu strategi paling efektif, maka ia membuat standarisasi untuk semua karyawannya supaya mengoptimalisasi strategi tersebut.


Sistem seperti ini dekat sekali dengan pembahasan budgeting. Seberapa banyak perusahaan siap menggelontorkan uang untuk mencoba-coba transformasi digital? Tanadi Santoso menegaskan bahwa mahal atau banyak itu relatif. Untuk perusahaan dengan omset 50 milyar sebulan, maka 5 milyar tidaklah banyak. Perusahaan tidak keberatan jika investasi 5 milyar pada digital marketing, lalu ternyata gagal. Gunakanlah budget sesuai dengan daya tahan finansial bisnis anda.

Jika anda tidak punya cukup budget untuk melakukan eksperimen sebagaimana sistem Tanadi Santoso, anda bisa menggunakan sistem prioritas. Lakukan satu proyek digital dulu, misalnya iklan melalui Facebook Ads. Begitu selesai dan terlihat hasilnya, baru lanjutkan dengan proyek yang baru. Sistem prioritas ini memerlukan lebih sedikit biaya dan tenaga kerja.


3 Situasi Bisnis di Era Corona

Tidak semua perusahaan bisa diselamatkan di era pandemik ini, kita realistis dan jujur-jujuran saja. Ada 3 situasi yang bisa terjadi yaitu;

Pertama, perusahaan bisa menggeser produk menjadi produk digital. Kalau dia jualan makanan, ya tinggal partner dengan perusahaan delivery. Kalau dia jual training, ya jual tiket online sekarang pakai ZOOM untuk seminar. Sekolah juga pakai ZOOM. Perusahaan training kesehatan seperti kelas yoga atau gym bisa membuat kelas online atau aplikasi berbayar.

Kedua, perusahaan merubah produk yang dijual. Tadi seperti perusahaan mobil sekarang pabriknya dipakai untuk jualan masker. Perusahaan pesawat luar angkasa sekarang produksi ventilator. Perusahaan suplemen makanan bisa merubah produksi sekaligus membuat vitamin dan sebagainya. Perusahaan pintu bisa membuat pintu touchless (pakai sensor HP), tidak perlu lagi pegang gagang pintu karena semuanya sudah otomatis. Hal ini dilakukan untuk antisipasi perubahan permanen di gaya hidup masyarakat, di masa depan masyarakat pasti cenderung ingin hidup lebih higienis.

Ketiga, perusahaan yang tidak bisa melakukan apa-apa. Contohnya properti. Usaha properti yang dimiliki Tanadi Santoso juga mandek diem tidak bisa diapa-apakan. Dijual tidak ada yang beli. Disewakan tidak laku karena tidak boleh kumpul-kumpul. Usaha seperti ini belum ada solusinya. Begitu juga dengan usaha schooling atau terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus tidak bisa konsentrasi lama jika tidak interaktif dan diberikan perhatian yang cukup. Usaha seperti ini belum ada solusinya.

12 Ide Bisnis Saat Pandemi Covid





Pesan Semangat Dari Tanadi Santoso



58 views0 comments

Recent Posts

See All

Commentaires


bottom of page